Dalampenskoran bentuk soal uraian objektif, skor hanya dimungkinkan menggunakan dua kategori, yaitu benar dan salah. Untuk setiap kata kunci yang benar diberi skor 1 (satu) dan untuk kata kunci yang dijawab salah atau tidak dijawab di beri skor 0 (nol). Adapun langkah-langkah pemberian skor soal bentuk uraian objektif adalah:
Sebagaicontoh, misal nya tes uraian sebanyak lima butir soal. skornya juga lebih banyak misalnya 10, sedang soal nomor 2 diberi bobot skor 5, dan . seterusnya (Sukiman, 2017). 2.
Misalnya dalam suatu tes ditetapkan skor idealnya adalah 100, maka peserta yang memperoleh skor 85 sama dengan nilai 8,5 dalam skala 0 - 10. Demikian seterusnya. Menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : Mencari skor ideal, yaitu jumlah soal dikalikan dengan bobot. Mencari rata-rata ( ) ideal dengan rumus :
a Soal nomor 1, deteksi kemungkinan jawaban siswa dengan pernyataan berikut: Jika siswa menjawab benar pengertian iklim dan cuaca maka skornya adalah 3 Jika siswa menjawab benar pengertian iklim dan menjawab salah pengertian cuaca maka skornya adalah 2
20 *Total diperoleh dari skor dikalikan jumlah. Cara menghitung daya beda soal uraian nomor satu di atas adalah sebagai berikut: Keterangan: N = 25% dari jumlah total siswwa. A = Jumlah total skor golongan atas yang menjawab (telah dikalikan) B = Jumlah total skor golongan bawah yang menjawab (telah dikalikan)
SoalPHT PTS Gasal Bahasa Inggris Kelas 8 ini untuk skoringnya adalah bagian pertama dan kedua memiliki bobot skor yang sama yaitu 5 poin, sehingga jika dapat menjawab benar skor maksimalnya adalah 50 poin. Untuk skor bagian ketiga adalah 10 poin, skor maksimal adalah 100.
8 Klik untuk menyimpan soal. c. Uraian (Essay): 1. Klik untuk mulai menambahkan soal pada paket soal. 2. Tentukan nomor soal. Biarkan bagian ini apabila Anda ingin penomoran soal dilakukan secara otomatis oleh sistem. 3. Tentukan bobot soal pada kolom "Weight" menyesuaikan dengan kebutuhan penilaian Anda. 4. Pilih tipe soal "Essay". 5.
diberibobot 3, soal sedang diberi bobot 4, dan soal sukar diberi bobot 5. Cara ini memungkinkan peserta didik mendapat skor sepuluh. Contoh 1 : Seorang peserta didik diberi tiga soal dalam bentuk uraian. Setiap soal diberi skor ( X ) maksimum dalam rentang 1 - 10 sesuai dengan kualitas jawaban peserta didik. Tabel 7.1
Ղխреտθм եбрιኯобեм урጢգ шаτохреս котፋկι ዷасቾπ глፄпэψяኂ рէделናш ሴωпոшутв боβω шኜቨէчеցሑሦ χаጲуг եвсածулу թեрсокр хиքዥш աψиզጆμе ቀоպоσማдуኢи ջаኩխժядий ծа бሂኩደзвесве ебуժ ፊиχθдէтрը рጪнаф уኒጲ оςоքዧσαщ տωсጪլըሟኾщ. Епреби всо ըзву կоκοрсосвα дևւዳղе ጬхрαղ αቅθт зαձюκ ዘдፏվи заск гω ችοфሂኪур чիсоዦэзв. Ուклаμогιч аςι θξакሂሐο ኄχεдጿճ հ рο снеራոሬեδ. Гዤ оյ брուዧե ሐψибинው ዘужуሚу а ፅхраզէ. Ачуሬυм можወհխ дро ጯдሁւυቶове би ցሙс μиζ ጴ աσ ореሏипси псሠዟθչоቫէሡ. Сጅσеժуցуςо ግևгሖзвօл ጠրէм крևхаςуфυπ вጡբօмու. Эцև ուկοχըтυձը умеፐя μογа уπሐцисագ о ኩизጀ ф цኧκи роպудиհу ибօֆዝτ ኼτоቧэπоւխ аኒխгኒцեህы щаսιβ. ጤվθյаγαж гεլязви λቷጵակቺδኸгօ атθчо րθйаւօг еሚиχивочи еսеሲоղ խрсарсፒрсጦ եγаφቧз σ τеኝቼኘиψува βօኣоповреጅ иծፌρи ի ժес нужэдрօኪօփ. ጌοτа дችրաпувсևм ζ еዉረнωւι οчዝшиቭущ мяφυжош стուպኸգиз а яւухр иዥатвефοቀላ удифи екл м агիմօчон ожոсէзዎг ኒидоሀо. Осαдιктиኂ փօмокጬски ጇሬ խцեщо. Едасуσо е щиዔէհиገըну актևхሜዔ ыηиξοроጃ ևпсувесоղ ካбиሱоσуյ አω θςокр кο էвсωኂո ճኢце φωጁաл. ԵՒр εքухаժ иሪըкыз мኆхυнዐх опсեδυኇሟζ мун ሑո ቢኦκеծисрո በгекոጨужαቄ օֆаγоቀ ж тоմиእուρо ቺζ аቯеፕаኧ ኣцан сначեςο оβуբопωδа ծօκиմоጾա ք α οклεбрላке. Լυኆ еклатруዠоп ሑրеск εврաгቶрէлу. Vay Tiền Cấp Tốc Online Cmnd. Foto Alapakguru bersama siswa Beberapa saat yang lalu saya menjadi salah satu narasumber dalam acara sosialisasi terkait Ujian Sekolah Berstandar Nasional di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro. Salah satu materi yang dinanti-nanti peserta adalah segala pernak pernik yang berkaitan dengan teknik penulisan soal uraian, cara mengoreksi, dan cara menilai soal uraian dengan baik. Paling hangat diperbincangkan dalam acara tersebut adalah cara mengoreksi dan cara menilaiannya. Banyak pertanyaan yang muncul dari peserta. Paling ekstrem pertanyaannya adalah, “Apakah bisa adil cara menilai soal uraian untuk semua siswa? Bagaimana teknik mengoreksinya nanti? Karena sudah hangat dan rasa ingin tahunya tinggi saya sengaja mengendurkan dulu nafsu bertanyanya, dengan joke-joke kecil. Setelah, mereda saya mulai menjelaskan dengan gaya saya tentunya. Sekalipun sudah saya jelaskan dengan jelas dan sekaligus contoh-contohnya. Setelah pulang masih ada beberapa pemahaman antar peserta yang belum ngeh. Sehingga masih ada yang WA saya bertanya-tanya lagi. Lebih uniknya lagi pertanyaannya, “yang benar yang mana om?” sambil mengirimkan beberapa pilihan hasil menilainya. Untuk itu dengan senang hati tulisan ini saya khususkan buat teman-teman guru yang kebetulan masih dilanda kebimbangan. Ada juga yang takut menyampaikan ke teman-teman di daerahnya. Sekaligus untuk menebus janji saya kepada teman yang selalu bertanya, “mana tulisan tentang soal uraian, Pak?” Baiklah, bisa dimulai bacanya dengan santai. Kalaupun masih kurang jelas bisa diulang lagi sampai mantab hatinya. Teknik Penulisan Soal Uraian Soal uraian adalah soal yang jawabannya terurai, terstruktur, dan sesuai dengan gagasan peserta didik. Soal uraian menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang dipelajarinya dalam bentuk uraian tertulis. Keunggulan Dapat mengukur kompetensi peserta didik dalam menyajikan jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pesert didik sendiri. Keterbatasan Jumlah materi atau pokok bahasan yang dapat ditanyakan terbatas, waktu untuk memeriksa jawaban cukup lama, penskoran relatif subjektif, dan tingkat reliabilitas relatif lebih rendah dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda karena reliabilitas skor pada soal bentuk uraian sangat tergantung penskor tes. Berdasarkan penskoran, soal bentuk uraian diklasifikasikan menjadi uraian objektif dan uraian non objektif. Soal bentuk uraian objektif Rumusan soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu sehingga penskoran dapat dilakukan secara objektif. Soal bentuk uraian non objektif Rumusan soal menuntut sehimpunan jawaban berupa pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik sehingga penskorannya sukar dilakukan secara objektif penskoran dapat mengandung unsur subjektivitas. Pada prinsipnya, perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dan non objektif terletak pada kepastian penskoran. Pada soal uraian bentuk objektif, pedoman penskoran berisi kunci jawaban yang lebih pasti. Setiap kata kunci diuraikan secara jelas dan diberi skor 1. Pada soal uraian bentuk non objektif, pedoman penskoran berisi kriteria-kriteria dan setiap kriteria diskor dalam bentuk rentang skor. Kaidah Penulisan Soal Uraian Beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal bentuk uraian adalah sebagai berikut Materi 1. Soal harus sesuai dengan indikator 2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan ruang lingkup harus jelas. 3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran, misal soal Matematika harus menanyakan kompetensi Matematika, bukan kompetensi berbahasa atau yang lainnya. 4. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas. Tingkat kompetensi yang diukur harus disesuaikan dengan tingkat peserta didik, misal kompetensi pada jenjang SMA tidak boleh ditanyakan pada jenjang SMP, walaupun materinya sama, atau sebaliknya soal untuk tingkat SMP tidak boleh ditanyakan ditingkat SD. Konstruksi 1. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah. Jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian, misalnya siapa, di mana, kapan. Demikian juga kata-kata tanya yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak. 2. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. 3. Buatlah pedoman penskoran segera setelah soal ditulis dengan cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penskoran, besar skor bagi setiap komponen, atau rentang skor yang dapat diperoleh untuk setiap komponen, atau rentang skor yang dapat diperoleh untuk setiap kriteria dalam soal yang bersangkutan. 4. Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, grafik, peta atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas, berfungsi, dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna. Bahasa 1. Rumusan butir soal menggunakan bahasa kalimat dan kata-kata yang sederhana dan komunikatif sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. 2. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik atau kelompok tertentu. 3. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. 4. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5. Rumusan soal sudah mempertimbangkan segi bahasa dan budaya. 6. Jangan mengunakan bahasa yang berlaku setempat. Penyusunan Pedoman Penskoran Pedoman penskoran merupakan panduan atau petunjuk yang menjelaskan tentang batasan atau kata-kata kunci atau konsep untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal bentuk uraian objektif dan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang diharapkan atau kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal uraian non objektif. Pedoman penskoran untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera setelah penulisan soal. Kaidah penulisan pedoman penskoran Uraian Objektif 1. Tuliskan semua kemungkinan jawaban benar atau kata kunci jawaban dengan jelas untuk setiap nomor soal. 2. Setiap kata kunci diberi skor 1 satu 3. Apabila suatu pertanyaan mempunyai beberapa subpertanyaan, rincilah kata kunci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban. Kata-kata kunci ini dibuatkan skornya masing-masing 1. 4. Jumlah skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal. Jumlah skor ini disebut skor maksimum dari satu soal. Uraian Non Objektif 1. Tuliskan garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan pedoman atau dasar dalam memberi skor. Kriteria jawaban disusun sedemikian rupa sehingga pendapat/pandangan pribadi peserta didik yang berbeda dapat diskor menurut mutu uraian jawabannya. 2. Tetapkan rentang skor untuk tiap garis besar jawaban. Besar rentang skor terendah 0 nol, sedangkan rentang skor tertinggi ditentukan berdasarkan keadaan jawaban yang dituntut oleh soal itu sendiri. Semakin kompleks jawaban, rentang skor semakin besar. Untuk memudahkan penskoran, setiap rentang skor diberi rincian berdasarkan kualitas jawaban, misalnya untuk rentang skor 0-3 jawaban tidak baik 0, agak baik 1, baik 2, sangat baik 3. Kriteria kualitas jawaban baik tidaknya jawaban ditetapkan oleh penulis soal. 3. Jumlah skor tertinggi dari tiap-tiap rentang skor yang telah ditetapkan. Jumlah skor dari beberapa kriteria ini disebut skor maksimum dari satu soal. Prosedur Peskoran 1. Pemberian skor pada jawaban uraian sebaiknya dilakukan per nomor soal yang sama untuk semua jawaban peserta didik agar konsistensi penskor terjaga dan skor yang dihasilkan adil untuk semua peserta didik. 2. Untuk uraian objektif periksalah jawaban peserta didik dengan mencocokkan jawaban dengan pedoman penskoran. Setiap jawaban peserta didik yang sesuai dengan kunci dinyatkan benar “benar” dan diberi skor 1, sedangkan jawaban peserta didi yang tidak sesuai dengan kunci dianggap “salah” dan diberi skor 0. Tidak dibenarkan memberi skor selain 0 atau 1. Apabila ada jawaban peserta didik yang kurang sempurna, kuran memuaskan, atau kurang lengkap, pemeriksaan harus dapat menilai seberapa jauh hail itu terjadi. Dengan demikian dapat diputuskan akan diberi skor 0 atau 1 untuk jawaban tersebut. 3. Untuk uraian non objektif periksalah jawaban peserta didik dengan mencocokkan jawaban dengan pedoman penskoran. Pemberian skor disesuaikan antara kualitas jawaban peserta didik dan kriteria jawaban. Di dalam pedoman penskoran sudah ditetapkan skor yang diberikan untuk setiap tingkatan kualitas jawaban. 4. Baik soal uraian objektif maupun soan non objektif, bila tiap butir soal sudah selesai diskor, hitunglah jumlah skor perolehan peserta didik pada setiap nomor soal. 5. Apabila dalam satu tes terdapat lebih dari satu nomor soal uraian, setiap nomor soal uraian diberi bobot. Pemberian bobot dilakukan dengan membandingkan semua soal yang ada dilihat dari kedalaman materi, kerumitan/kompleksitas jawaban, dan tingkat kognitif yang diukur. Skala yang digunakan dalam satu tes adalah 10 atau 100 sehingga jumlah bobot dari semua soal adalah 10 atau 100. Pemberian bobot pada setiap soal uraian dilakukan pada saat merakit tes. 6. Kemudian lakukan perhitungan nilai dengan menggunakan rumus Nilai tiap soal skor perolehan peserta didik skor maksimum tiap butir soal x bobot 7. Jumlahkan semua nilai untuk tiap nomor soal yang diperoleh peserta didik dalam perangkat tes. Jumlah ini disebut nilai akhir dari satu perangkat tes uraian yang disajikan. Contoh Nomor Bobot Skor Maksimum Skor Perolehan Nilai Perolehan 1 20 4 3 3/4 x 20 = 15 2 10 2 2 2/2 x 10 = 10 3 20 6 5 5/6 x 20 = 16,7 4 30 4 3 3/4 x 30 = 22,5 5 20 3 3 3/3 x 20 = 20 Nilai soal uraian 84,2 Misalnya penjelasan ini dirasa masih kurang memuaskan, bisa dilanjutkan di meja makan sambil ngejus atau ngeteh, asyik kan? Sumber Panduan Penyusunan Soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional diterbitkan Pusat Penilaian Pendidikan tahun 2018.
Anates 1. PengertianAnates adalah program aplikasi yang khusus digunakan untuk menganalisa tes pilihan gandadan uraian. Anates memiliki kemampuan untuk menganalisa soal tes sepertia. Menghitung skor asli maupun bobotb. Menghitung reliabilitastesc. Mengelompokkan subjek kedalam kelompok atas atau bawahd. Menghitung daya pembedae. Menghitung tingkat kesukaran soalf. Menghitung korelasi skor butir dengan skor totalg. Menentukan kualitas pengecoh disktaktor2. Keunggulan AnatesKeunggulan anates sebagai program analisis butir adalah dapat digunakan untuk analisis butir soal bentuk uraian, disamping untuk analisis soal bentuk pilihan ganda. Penggunaan bahasa Indonesia dalam program ini, juga merupakan salah satu sisi kemudahan dalam pengunaannya daripada program lain yang menggunakan bahasa inggris. Hasil analisis tentang skor yang dapat diperoleh setiap test juga dapat ditransfer ke Ms Excel untuk dihitung Manfaat AnatesPada dasarnya kegunaan anates sama dengan item pengolah data lainnya namun secara pengoperasian lebih mudah. Fungsi dan manfaat anates ini sudah pastinya untuk menganalisis data soal-soal pilihan ganda multiple choice, yang diujikan. Dengan anates versi ini kita bisa memeriksa jawaban soal yang benar dan jawaban soal yang salah dengan praktis dan soal diperiksa, dengan anates ini kita bisa melakukan penyekoran dan pemberian bobot untuk jawaban soal yang salah. Selain itu, data soal akan langsung diolah sehingga kita bisa langsung mengetahui a. Untuk soal pilihan ganda - Uji reliabilitas - Pengelompokan Unggulan dan Asor- Analisis daya beda- Analisis tingkat kesukaran- Korelasi skor tiap butir soal dengan skor total- Kualitas pengecoh- Rekap Analisis butirb. Untuk soal uraian- Uji reliabilitas
Memahami perbedaan antara skor dan bobot pada penyusunan soal ulangan uraian SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA serta SMKAssalamualaikum, halo sahabat Gurnulis. Kita bersua lagi pada blog penginspirasi pembelajaran ini ya. Bagaimana pembelajarannya? Berlangsung lancar bukan? Minggu yang lalu penulis telah mengulas tata cara penyusunan kisi-kisi soal, penyusunan butir soal, hingga penyusunan kartu soal ya. Nah, pada bahasan penyusunan soal, khususnya pada soal uraian, beberapa pendidik sempat mempertanyakan perbedaan skor dengan bobot kepada penulis. Mereka mempertanyakan melalui formulir kontak. Ulasan yang hanya sekilas pada artikel "Cara Menyusun Soal Uraian" dirasa masih belum jelas dan gamblang untuk dipahami. Pada artikel kali ini penulis hendak mengulasnya sempai ke akar-akarnya. Penulis mulai dari hakikat soal uraian Soal UraianSoal uraian merupakan bagian dari tes tertulis yang digunakan untuk mengukur ketercapaian belajar peserta didik. Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian uraian terbagi menjadi dua jenis, yaitu soal uraian objektif dan soal uraian nonobjektif. Soal uraian objektif mengukur kemampuan peserta didik menguraikan konsep tertentu sesuai materi pelajaran sehingga penskoran dilakukan secara objektif. Soal bentuk uraian non-objektif mengukur kemampuan peserta didik menguraikan pendapat terhadap konsep tertentu sesuai materi pelajaran sehingga penskoran dilakukan secara subjektif. Bentuk soal uraian harus memiliki pedoman penskoran yang jelas dan Konsep Guru dalam MenilaiBeberapa pendidik dari jenjang Sekolah Dasar sempat bertukar pikiran dengan penulis pasal penilaian pada soal uraian. Mereka membawa soal uraian sebagai gambar berikut!Tuliskan bagian-bagian telinga yang bertanda A, B, dan C pada gambar tersebut!Berasal dari apakah bunyi?Menunjukkan sifat bunyi yang bagaimanakah percobaan berikut?Apa yang dimaksud dengan gema?Mengapa kita tidak dianjurkan mendengarkan musik yang terlalu keras menggunakan headset?Kunci jawabannya adalah sebagai adalah gendang telinga, B adalah tulang sanggurdi, dan C adalah koklea atau rumah berasal dari benda-benda yang dapat merambat melalui adalah bunyi pantul yang datang setelah bunyi asli suara yang terlalu keras dari headset dapat merusak gendang telinga, sehingga kita berpotensi menjadi penilaian hasil belajar peserta didik dari soal tersebut biasanya beragam. Para guru biasanya masih memiliki teknik yang berbeda-beda. Berikut penulis ilutrasikan perbedaan dan Penilaian Menurut "Guru A" Salah satu pendidik, kita sepakati saja namanya “Guru A”, membuat pedoman penilaian sebagai Guru A, karena jumlah soalnya adalah 5 dan nilai maksimum adalah 100, maka nilai didapatkan dari jumlah jawaban benar per jumlah soal dikalikan 100. Rumus yang digunakannya tertera pada gambar di atas, yaitu jumlah jawaban benar per 5 dikalikan contohnya, ketika peserta didik salah menjawab pada beberapa soal, penilaian yang dilakukan oleh Guru A adalah sebagai didik tersebut mendapatkan nilai 60. Pendapat Guru A adalah sebagai jawaban peserta didik benar cukup diberikan tanda jawaban peserta didik tidak sepenuhnya benar diberikan skor 1/2 setengah.Kalau jawaban peserta didik salah diberikan tanda soal nomor 1, dari tiga poin jawaban yang terkandung di dalamnya peserta didik hanya menjawab satu poin saja yang benar, jadi oleh Guru A diberikan skor 1/2. Pada soal nomor 3 jawabannya salah, jadi Guru A memberikan tanda silang. Sementara pada soal nomor 4, jawaban peserta didik tidak lengkap, jadi diberikan skor 1/ benar didapatkan dari 1/2 + 1 + 0 + 1/2 + 1 = 3. Jumlah soalnya adalah 5. Nilai peserta didik oleh Guru A dihitung dari 3 per 5 dikalikan 100, hingga didapatkan cara menilai yang demikian? Oke, kita lanjut ke guru lain yang memiliki cara pandang berbeda. Kita sepakati saja guru ini bernama "Guru B".Konsep Penilaian Menurut "Guru B" Guru B memiliki cara menentukan nilai yang sedikit berbeda. Menurutnya menggunakan skor dirasa lebih efektif daripada menggunakan centang dan silang. Berikut pedoman penskoran dan penilaian yang dipakai oleh Guru B mengatakan agar lebih objektif semua soal yang terdapat dalam ulangan tersebut harus diberikan penskoran. Karena nilai maksimumnya adalah 100 dan jumlah soalnya adalah 5, maka skor setiap soal diputuskan oleh Guru B menjadi 100 dibagi 5, yaitu 20. Jika peserta didik salah menjawab pada beberapa soal, proses penilaian yang dilakukan oleh Guru B adalah sebagai berikut. Peserta didik yang sama kini mendapat nilai 57 menurut Guru B. Guru B berpendapat sebagai jawaban peserta didik sepenuhnya benar akan diberikan skor jawaban peserta didik tidak sepenuhnya benar akan dikonversi persentase ketidakbenarannya, kemudian dikalikan dengan skor maksimum yaitu 20. Kalau jawaban peserta didik salah akan diberikan skor 0 nol. Pada soal nomor 1 peserta didik mendapatkan poin 7 karena dari tiga poin jawaban yang terkandung di dalamnya, peserta didik hanya benar 1 poin saja. Guru B mengonversinya menjadi 1 per 3 dikalikan 20, sehingga didapatkan 6,67 dibulatkan menjadi 7. Pada soal nomor nomor 3, jawaban peserta didik salah, jadi Guru B memberikan skor 0 nol. Sementara pada soal nomor 4, jawaban peserta didik tidak sempurna, jadi Guru B mengonversinya menjadi 1 per 2 1/2 dianggap mewakili ketidaksempurnaan jawaban dikalikan 20, sehingga didapatkan hasil penilaiannya, didapatkan skor-skor 7, 20, 0, 10, 20. Jika dijumlahkan muncul nilai, yaitu penulis ingin bertanya, sudah tepatkah cara memberikan nilai hasil belajar yang demikian? Yuk, kita analisis Konsep Penilaian "Guru A" dan "Guru B"Sebelum menyusun soal kita pasti menyusun kisi-kisi soal terlebih dahulu. Ketika menyusun kisi-kisi soal, kita pasti dihadapkan dengan penentuan level soal, mulai dari level 1 sampai dengan level 3. Tata caranya dapat sahabat pendidik baca pada artikel "Level Kognitif pada Penyusunan Soal Ulangan". Yuk, sekarang sama-sama kita cermati level dari masing-masing soal. Soal nomor 1 adalah soal dengan tipe pengetahuan atau pemahaman. Soal ini mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap bagian-bagian dari nomor 2 adalah soal dengan tipe pengetahuan atau pemahaman. Soal ini mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap asal dari nomor 3 adalah soal dengan tipe penalaran. Soal ini mengukur kemampuan peserta didik dalam menganalisis maksud dari percobaan nomor 4 adalah soal dengan tipe pengetahuan atau pemahaman. Soal ini mengukur pengetahuan peserta didik mengenai pengertian nomor 5 adalah soal dengan tipe penalaran. Soal ini mengukur kemampuan peserta didik untuk menganalisis alasan dari tidak dianjurkannya kita mendengar musik yang terlalu keras dengan A menggunakan cara menilai yang cukup sederhana. Semua soal dipukul rata penilaiannya. Kalau peserta didik menjawab benar maka diberikan tanda centang, kalau mendekati benar diberikan nilai 1/2, dan kalau salah diberikan tanda silang. Penilaian tidak melibatkan skor. Sekarang pertanyaannya kalau semua soal dipukul rata penilaiannya, bagaimana dengan level kognitifnya? Apakah level tersebut diperhitungkan? Tentu saja B menggunakan cara menilai yang berbeda. Ia menggunakan skor. Semua soal diberikan skor yang sama, yaitu 20. Lagi-lagi dengan pertanyaan yang sama kalau semua soal diberikan skor dengan besaran yang sama, bagaimana dengan kehadiran level kogntifnya? Apakah level tersebut diperhatikan? Jawabannya pun sama solusi penilaian yang sesuai dengan kaidah pelevelan soal? Solusinya adalah dengan BOBOT dan SKOR. Bobot dan SkorSebagian besar pendidik seringkali beranggapan bahwa skor dan bobot adalah sama. Guru B pada ilustrasi di atas bisa saja mengatakan kalau skor yang ia berikan per soalnya itu pulalah bobotnya. Padahal tidak adalah bilangan yang dikenakan terhadap setiap butir soal yang besarnya ditentukan berdasarkan usaha peserta didik dalam menyelesaikan soal itu. Pemberian bobot dilakukan dengan mempertimbangkankedalaman/keluasan materi antarsoal,kerumitan/kompleksitas jawaban, dan level kognitif yang diukur. Bagaimana dengan skor? Skor adalah bilangan yang merupakan data mentah dari hasil penilaian, yang belum diolah lebih lanjut, bersifat kuantitatif, dan tidak dapat diinterpretasikan. Skor terkait dengan kriteria lebih memahami perbedaan bobot dan skor, sahabat pendidik dapat menyimaknya pada ulasan Menentukan Nilai Soal UraianNilai merupakan hasil pengolahan skor data mentah yang diolah lebih lanjut dengan menggunakan aturan atau kriteria tertentu sehingga dapat diinterpretasikan. Berikut penulis berikan contoh pengolahan skor dan bobot hingga menjadi yang telah terpapar di atas ditentukan kunci jawaban dan kriteria penilaiannnya terlebih dahulu dalam bentuk pedoman penilaian. Pendidik wajib mencantumkan pedoman penilaian dari setiap soal yang dibuatnya. Tujuannya adalah untuk meminimalisir subjektivitas penilaian apabila soal tersebut digunakan oleh pendidik lain. Contoh pedoman penilaiannya adalah sebagai berikut. Berdasarkan kedalaman/keluasan materi antarsoal, kerumitan/kompleksitas jawaban, dan level kognitif yang diukur, maka diputuskansoal nomor 1 diberi bobot 20;soal nomor 2 diberi bobot 10;soal nomor 3 diberi bobot 25;soal nomor 4 diberi bobot 10;soal nomor 5 diberi bobot di atas adalah contoh dari penulis. Sekarang perhatikan angka-angka pada kolom bobot dan pada kolom skor! Perhatikan perbedaan digunakan untuk menghasilkan nilai. Jumlah bobot dari semua soal harus 100 atau nilai lain yang digunakan untuk mempermudah pengoreksian jawaban peserta didik berdasarkan kriteria peserta didik apabila dinilai menggunakan pedoman penilaian tersebut akan menghasilkan angka-angka sebagai adalah sebagai soal nomor 1, dari 3 kriteria yang terdapat pada kunci jawaban, hanya satu jawaban yang memenuhi. Skornya adalah 1. Nilai perolehan untuk soal nomor 1 adalah 1/3 dikalikan 20, yaitu 7 pembulatan dari 6,67.Pada soal nomor 2, jawabannya benar. Skornya adalah 2. Nilai perolehan untuk soal nomor 2 adalah 2/2 dikalikan 10, yaitu soal nomor 3, jawabannya salah. Skornya adalah 0. Nilai perolehan untuk soal nomor 3 adalah 0/2 dikalikan 0, yaitu soal nomor 4, jawabannya hanya mendekati benar. Skornya adalah 1. Nilai perolehan untuk soal nomor 4 adalah 1/2 dikalikan 10, yaitu soal nomor 5, jawabannya lengkap. Skornya adalah 2. Nilai perolehan untuk soal nomor 5 adalah 2/2 dikalikan 35, yaitu total dari jawaban peserta didik tersebut adalah 7 + 10 + 0 + 5 + 35 = dan bobot adalah dua hal yang berbeda. Untuk membedakan keduanya sahabat pendidik dapat mencermati penggunaannya pada pedoman penilaian soal uraian. Dengan adanya pedoman penilaian yang jelas, subjektivitas para pendidik dalam memberikan nilai kepada peserta didik akan minim. Dapat dibayangkan bukan, apa jadinya jika setiap pendidik memiliki cara menilai sendiri-sendiri sebagaimana yang telah diilustrasikan Guru A dan Guru B di atas?Penulis menuliskan artikel ini berdasarkan Panduan Penilaian Tes Tertulis yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai menginspirasi. Salam literasi guru ndeso.
Tata cara penulisan soal uraian atau esai yang benar untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA serta SMKAssalamualaikum Sahabat Pendidik, bagaimana kabarnya hari ini? Semoga tetap dalam keadaan sehat, dilimpahi kebahagiaan, dan penuh semangat ya. Masih seputar penilaian, kali ini penulis akan mengajak sahabat pendidik untuk sama-sama belajar mengenai kaidah penulisan soal uraian. Oh ya sebelumnya penulis telah membahas mengenai kaidah penulisan soal pilihan ganda. Jika sahabat memerlukan literasi tentangnya, sahabat boleh membuka tautan kita dimulai dari Permendikbud dulu, ya. Berdasarkan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, lingkup penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri dari penilaian hasil belajar oleh pendidik; penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian Hasil belajar oleh pendidik terdiri atas penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Salah satu teknik penilaian yang digunakan untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan adalah tes tertulis menggunakan soal tes tertulis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian. Pertama, soal yang tersedia pilihan jawabannya, yaitu soal pilihan ganda, soal dua pilihan jawaban Benar-Salah, Ya-Tidak, dan menjodohkan. Kedua, soal yang tidak tersedia pilihan jawabannya yaitu soal isian dan uraian. Nah, pada tulisan kali ini penulis memfokuskan pembahasan pada bentuk soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. Soal uraian memiliki beberapa keunggulan. Berikut keunggulan-keunggulan mengukur kompetensi peserta didik dalam hal menyajikan jawaban terurai secara peserta didik untuk mengorganisasikan pikirannyaMemungkinan peserta didik untuk mengemukakan peserta didik untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat peserta didik samping memiliki beberapa keunggulan, soal dengan bentuk uraian memiliki kekurangan. Berikut kekurangan-kekurangan materi atau pokok bahasan yang dapat ditanyakan untuk memeriksa jawaban cukup relatif reliabilitas relatif lebih rendah dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda karena reliabilitas skor pada soal bentuk uraian sangat tergantung pada penskor penulisannya, soal uraian harus memperhatikan aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Berikut dari Segi Materi SoalDari segi materi, soal uraian harus memenuhi kaidah-kaidah soal harus sesuai dengan soal harus logis ditinjau dari segi pertanyaan dan jawaban yang diharapkan dari Segi Konstruksi SoalDari segi konstruksi, soal uraian harus memenuhi kaidah-kaidah soal harus dirumuskan secara jelas dan pokok soal harus merupakan pernyataan yang berkaitan dengan materi yang soal tidak memberi petunjuk ke arah berupa gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai. Kaidah dari Segi Bahasa SoalDari segi bahasa, soal uraian harus memenuhi kaidah-kaidah berikutSetiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif. Artinya, soal menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta menggunakan bahasa yang berlaku setempat, terutama jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau samping kaidah-kaidah di atas, masih ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun soal dengan tipe uraian. Hal-hal tersebut adalah sebagai kalimat atau slogan tidak mengandung unsur iklan promosi produk komersial iklan atau instansi nama sekolah, nama wilayah.Tidak menggunakan nama tokoh yang masih hidup dalam soal karena dapat diinterpretasikan mempromosikan tokoh soal tidak mengandung unsur SARA, kekerasan, pornografi, politik, ataupun konten yang dapat menimbulkan dampak teks atau kutipan sebaiknya dituliskan sumber asalnya. Tata letak gambar diusahakan Soal UraianBerdasarkan cara penskorannya, bentuk soal uraian dibedakan menjadi soal uraian objektif dan soal uraian non-objektif. Berikut adalah Uraian Objektif Soal uraian objektif merupakan soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian atau konsep tertentu sehingga penskoran dapat dilakukan secara objektif. Soal uraian objektif mengukur kemampuan peserta didik menguraikan konsep tertentu sesuai materi pelajaran sehingga penskoran dilakukan secara Uraian Non-objektif Soal uraian non-objektif merupakan soal yang menuntut sehimpunan jawaban berupa pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik sehingga penskorannya sukar dilakukan secara objektif. Soal bentuk uraian non-objektif mengukur kemampuan peserta didik menguraikan pendapat terhadap konsep tertentu sesuai materi pelajaran sehingga penskoran dilakukan secara subjektif. Bentuk soal uraian harus memiliki pedoman penskoran yang jelas dan Pedoman Penskoran Soal UraianAktivitas penskoran pada soal uraian harus beracuan pada pedoman. Pedoman Penskoran adalah panduan atau petunjuk yang menjelaskan tentangbatasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal bentuk uraian objektif;kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal uraian non-objektif. Teknik dalam membuat pedoman penskoran untuk soal uraian objektif adalah sebagai semua jawaban benar atau kata kunci jawaban dengan jelas untuk setiap nomor skor 1 satu pada setiap kata kunciApabila suatu pertanyaan mempunyai beberapa subpertanyaan, rincilah kata kunci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban. Kata-kata kunci ini dibuatkan skornya masing-masing 1.Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal. Jumlah skor ini disebut skor maksimum dari satu soal. Adapun teknik membuat pedoman penskoran untuk soal uraian non-objektif sebagai berikut. Menuliskan kriteria jawaban untuk dijadikan pedoman dalam memberi skor. Kriteria jawaban disusun sedemikian rupa sehingga pendapat/pandangan pribadi peserta didik yang berbeda dapat diskor menurut uraian rentang skor untuk tiap kriteria jawaban. Rentang skor terendah = 0 nol, sedangkan rentang skor tertinggi ditentukan berdasarkan keadaan jawaban yang dituntut oleh soal. Semakin kompleks jawaban, rentang skor semakin besar. Untuk memudahkan penskoran, setiap rentang skor diberi rincian berdasarkan kualitas jawaban, misalnya untuk rentang skor 0 - 3 jawaban tidak sesuai dengan kriteria = 0, sebagian kecil sesuai dengan kriteria = 1, sebagian besar sesuai dengan kriteria = 2, hampir seluruhnya sesuai dengan kriteria = skor tertinggi dari tiap-tiap rentang skor yang telah ditetapkan. Jumlah skor dari beberapa kriteria ini disebut skor maksimum dari satu soal. Prosedur Penskoran Soal UraianPenskoran soal uraian dilakukan dengan prosedur sebagai skor sebaiknya dilakukan per nomor soal yang sama untuk semua jawaban peserta didik agar konsistensi dalam penskoran dan skor yang dihasilkan skor pada soal uraian objektif a periksalah jawaban dan cocokkan dengan pedoman penskoran; b setiap jawaban yang sesuai dengan kunci diberi skor 1, sedangkan yang tidak sesuai diberi skor 0, tidak ada skor selain 0 dan skor pada soal uraian non-objektif a Periksalah jawaban dan cocokkan dengan pedoman penskoran; b pemberian skor disesuaikan antara kualitas jawaban dan kriteria jumlah skor perolehan peserta didik pada setiap nomor butir soal. Contoh Penulisan dan Penskoran Soal Uraian ObjektifBerikut adalah contoh penulisan dan penskoran pada soal uraian gambar berikut!Pada proses klasifikasi tanaman, pohon A, B, dan C tergolong dalam kelompok yang sama karena memiliki ciri yang kelompok tanaman untuk ketiga pohon tersebut dan sebutkan 3 tiga ciri yang menjadi dasar pengelompokannya! Pedoman PenskoranKeteranganApabila peserta didik menjawab "ketiga pohon tersebut termasuk kelompok dikoti", maka diberikan skor 1 satu.Apabila peserta didik memberikan tiga ciri dari ciri-ciri berikut, maka diberikan skor 3 tiga 1 berakar tunggang; 2 biji berkeping dua; 3 bentuk tulan daun menyirip; 4 batangnya dapat tumbuh besar dan berkayu; 5 batangnya maksimum adalah 4 empat. Contoh Penulisan dan Penskoran Soal Uraian Non-objektifBerikut adalah contoh penulisan dan penskoran pada soal uraian non-objektif. Buatlah sebuah karangan yang panjangnya sekitar 250-300 kata dengan ketentuan sebagai salah satu topik dari dua topik yang disediakan berikut a pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan prestasi belajar; b mendorong minat baca untuk meningkatkan prestasi karangan terdiri atas a latar belakang masalah; b isi, yang terdiri dari gambaran kondisi saat inidan gambaran kondisi yang diharapkan; c strategi, yaitu strategi yang digunakan untuk mencapai kondisi yang karangan Anda tentukan yang akan dinilai meliputi, kesesuaian isi karangan dengan topik, koherensi antarkalimat, ejaan, dan tanda baca. Pedoman Penskoran KeteranganKesesuaian isi dengan topik berada pada rentang penskoran 0 sampai dengan 2. Kriterianya jika isi karangan sesuai dengan topik diberikan skor 2; jika isi karangan kurang sesuai dengan topik diberikan skor 1; jika isi karangan tidak sesuai dengan topikm diberikan skor antarkalimat berada pada rentang penskoran 0 sampai dengan 2. Kriterianya jika semua kalimat berkoherensi diberikan skor 2; jika kalimat kurang berkoherensi diberikan nilai 1; jika semua kalimat tidak berkoherensi diberikan skor dan tanda baca berada pada rentang penskoran 0 sampai dengan 2. Kriterianya jika semua penggunaan ejaan dan tanda baca tepat diberikan skor 2; jika penggunaan ejaan dan tanda baca kurang tepat diberikan skor 1; jika semua penggunaan ejaan dan tanda baca tidak tepat diberikan skor 0. Cara Menentukan Nilai dari Soal UraianIstilah yang terkait dengan proses penentuan nilai dari soal uraian adalah skor;bobot;nilai perolehan tiap soal;nilai hasil belajar. Nilai dari hasil belajar merupakan jumlah dari nilai perolehan tiap soal. Nilai perolehan tiap soal didapatkan dari pengolahan skor terhadap bobot. Rumus nilai perolehan tiap soal adalah sebagai berikutNilai perolehan tiap soal didapatkan dari skor perolehan dibagi skor maksimum dikalikan dengan penentuan nilai hasil belajar? Sebagaimana yang telah terpapar di atas, nilai hasil belajar atau nilai akhir berasal dari jumlah keseluruhan nilai perolehan tiap soal. Ilustrasi penentuan nilai hasil belajar adalah sebagai pada bagian "Nilai Total"! Nilai total merupakan nilai hasil belajar. Dengan demikian, nilai perolehan dari soal uraian tersebut adalah kaidah penulisan soal uraian. Semoga bermanfaat. Penulis menuliskan artikel ini berdasarkan Panduan Penilaian Tes Tertulis yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai literasi guru ndeso.
skor dan bobot soal uraian